Label

Minggu, 11 Maret 2018

(not) a random thought #1

Ini cerita yang aku alami sekitar 4 jam yang lalu, di waktu maghrib.

Semua bermula ketika aku lagi nyari klep/stepler/jegrekan di toko buku yang cukup terkenal (mau nyebut tapi nggak di endorse). Aku pengen beli yang ukuran 6mm biar bisa nge-klep/jegrek kertas yang tebal, mengingat slide dosenku yang di-print bisa sampe 150an/Powerpoint.

Jadi aku dateng lah ke rak tempat stepler. Di sana ada seorang ibu yang tampak muda pake jilbab kuning, baju gamis bunga-bunga yang lagi milih-milih stepler. Aku cuek aja kan, nyari-nyari stepler yang sesuai keinginan. Beberapa kali aku memergoki ibu itu nengok ke arahku. Ada sampe tiga, kali. Agak lama kami masing-masing nyari stepler sesuai keinginan. Saking fokusnya nyari stepler, aku sampe nggak merhatiin lagi ibunya lagi ngapain.

Tiba-tiba, ibunya komentar sesuatu.
"Ada-ada aja ya isi jaman sekarang," kata ibu itu sambil nunjuk kotak isi stepler warna hijau. Sekarang kan isi klep/stepler/jegrekan ada yang warna-warni gitu.
Merasa dipancing, aku refleks ngejawab komentar si ibu. Nggak mungkinlah aku diemin, kasihan juga ntar bolok alias kacang.
"Iya, Bu," jawabku.
Udah, gitu doang. Aku nggak tau mau ngebuka pembicaraan yang kayak gimana. Aku bukan tipe orang yang bisa basa-basi terus langsung dekat gitu sama orang yang baru dikenal, bukan orang yang bisa terlibat dalam long conversation sama orang yang bener-bener baru.
"Kuliah ya?" tanya si ibu lagi.
"Iya, Bu," jawabku sambil tersenyum.
"Dimana?"
"Unand, Bu," jawabku ramah.
"Wah, fakultas apa? Kedokteran?"
Aku bingung tapi tetap tersenyum. "Iya, Bu." Ini si ibu punya kekuatan ngebaca pikiran kali ya. One shoot langsung dapet. "Kok bisa tau, Bu?"
"Iya, keliatan. Serius banget."
Waduh. Aku nggak tau harus menganggap ini pujian atau nggak, tapi aku tetap tersenyum.
"Semester berapa?" tanya ibunya lagi.
"Baru semester 2, Bu."
"Ooh." Si ibu senyum. "Dulu dapat lewat jalur apa?"

Akhirnya conversation itu berlanjut cukup panjang, dengan topik "Masuk Kuliah". Ternyata ibunya asli Depok, tapi karena suaminya ada kerja di Padang, setahun lalu ibunya pindah. Si ibu punya anak kelas 12 yang nggak ikut pindah ke Padang. Dia pengen kuliah kedokteran, tapi sekolahnya bukan termasuk sekolah yang "bagus" karena ada perubahan peraturan (aku nggak ngerti apa yang ibunya bilang tentang ini, cuma iya-iya doang). Anak si ibu sekolah dengan kurikulum KTSP 2006, jadi nggak bisa pindah ke SMA-SMA unggul di Padang karena rata-rata udah pake Kurikulum 2013.

Ibunya nanya aku tinggal di mana, sama orang tua apa kos, dari SMA mana, asli mana, dan banyak hal lain. Berasa wawancara kerja.

Setiap jawaban yang aku kasih buat pertanyaan-pertanyaan personal dari si ibu, beliau selalu ngasih tanggapan, "Wah, enaknya.", "Beruntungnya bisa dapat.". Bahkan, waktu aku bilang kalo aku asli Padang, ibunya juga bilang, "Wah, enak ya."

Terus ibunya juga sempat bilang "Laki-laki mah beda sama perempuan.".
Aku tau ibunya lagi membandingkan "kerajinan" laki-laki dan perempuan. Yah, kira-kira begitu spekulasiku karena adik laki-lakiku kayaknya juga gitu.
Namun, aku langsung bilang ke ibunya, "Laki-laki emang gitu, Bu. Males-males tapi ntar dapat juga."
"Iya, ya. Anak saya juga gitu. Tau-tau dapat IPB." Ibu itu tersenyum senang.
Alhamdulillah.
Aku akhirnya bertanya-tanya tentang anak si ibu yang dapat IPB.

Di akhir percakapan, si ibunya nanya lagi, "Susah nggak kuliah kedokteran?"
Ah, pertanyaan yang jawabannya udah jelas banget apalagi sejak ngelewatin blok 1.4 yang isinya biokimia semua.
Aku meringis sambil megang leher, "Susah banget, Bu."

Percakapan yang panjang itu akhirnya selesai setelah si ibu mengucapkan, "Makasih, ya."
Beliau berlalu, dan aku nggak kunjung dapat stepler yang 6mm. Susah nyarinya. Pada akhirnya aku malah beli stepler mini yang the-true-mini karena emang kecil banget.

Aku bisa notice itu stepler karena sebelumnya si ibu sempat bilang "Lucu juga ya, kecil, bisa dibawa ke mana-mana." Sambil memainkan stepler mungil yang sekarang aku beli.

Waktu di jalan pulang, sambil nyetir, aku tiba-tiba kepikiran sesuatu. Si ibu selalu seakan-akan memuji, beruntungnya jadi aku. Padahal, dari dulu aku selalu menganggap bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan dengan menjadi aku.

Percakapan singkatku bersama si ibu ngebuka pikiranku bahwa kita harus selalu bersyukur, karena pasti ada saja orang yang berharap ada di posisi kita, entah itu dalam bidang apa pun.

H!

Berhubung perkenalan sebelumnya terlalu alay, norak, dan kepedean, mari kita mulai semuanya dari awal, tanpa ngehapus yang lama soalnya itu proses.

H! Aku Nunizzy, penulis di Wattpad yang sering hiatus tiba-tiba tanpa kabar. Sekarang pun masih gantungin cerita karena dunia perkuliahan yang sangat amat menyenangkan padat.

Jadi hari ini ide untuk nulis di blog lagi tiba-tiba pop-up di pikiranku. Ke depannya mungkin blog ini berisi random thought(s) atau sekilas di balik cerita-cerita yang aku buat & alhamdulillah terbit. Mungkin juga bakal ada tips tentang kehidupan kayak nulis, belajar, kuliah, and another unnecessary stuffs. Soalnya, aku juga kangen nulis.

Kalo dibaca ulang, perkenalan yang ini juga nggak ada bedanya sama yang kemarin, tapi yang ini bolehlah. Mau nyoba classy tapi susah juga ya.

Picture : google.com